Rabu, 15 Februari 2012

SEKATEN SEBAGAI SARANA DAKWAH ISLAM DI YOGYAKARTA

Pendahuluan
Perayaan sekaten sebagai upacara tradisional keagamaan islam merupakan ekspresi masuk dan tersosialisasinya islam ke bumi nusantara. Tradisi sekaten mengandung tiga dimensi penting yaitu, kulturisasi, religious, dan historis.
(Sultan,12 Mei 2004)
            Sekaten yang menganut sejarahnya merupakan upacara tradisional keagamaan islam dalam membentuk akhlak dan budi luhur, tetap dilestarikan oleh para pengganti Sri Sultan Hamengkubuwana I.(Soelarto,1996:19).
            Dengan adanya dua pernyataan di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa nilai sekaten mmempunyai peran penting dalam dakwah islam, karena dalam menyebarkan suatu agama dalam masyarakat yang sangat meninggikan adat tidaklah mudah, seperti apa yang terjadi pada negri ini di awal masuknya ajaran islam.
Hindu-Budha merupakan suatu kepercayaan awal yang masuk ke Indonesia sebelum islam datang. Hal tersebut terbukti ketika kita mulai merunut kembali sejarah pada abad silam ketika agama atau kepercayaan mulai berkembang di Indonesia. Pada abad ke-4 hindu datang dengan segala kebudayaan dan ajarannya yang meninggalkan bukti sejarah berupa Candi Prambanan, Candi Tikus, dan candi-candi bercorak hindu lainnya.
Pada abad selanjutnya budha pun mulai masuk dan berkembang ke nusantara dan yang terakhir adalah islam. Islam datang dibawa oleh para pedagang Gujarat, Arab, dan Persi melalui berbagai cara seperti perdagangan atau perkawinan. Untuk mengenalkan islam yang datangnya setelah Hindu-Budha bukanlah suatu hal yang mudah.
Kiprah para wali (Penyebar Islam di Pulau Jawa) atau yang lebih dikenal dengan Walisanga sangat lah penting karena mereka memiliki siasat tersendiri untuk memperkenalkan islam kepada masyarakat Indonesia yang masih kental dengan kepercayaan lamanya yaitu Hindu-Budha, ditambah dengan keadaan masyarakat jawa yang terkenal dengan sifatnya yang konservatif dan sulit menerima ajaran baru apalagi yang bertentangan dengan adat jawa.
Di awal berdirinya Keraton Yogyakarta Hadiningrat inilah para leluhur islam mengenalkan agamanya yang dimasukkan dalam budaya Hindu-Budha dan jawa yang sering dikenal dengan sebutan Islam Abangan atau Islam Kejawen tanpa meninggalkan pokok-pokok ajaran islam itu sendiri. Salah satu cara memasukkan islam dalam budaya jawa yaitu dengan diadakannya upacara-upacara adat yang dilakukan setiap hari-hari besar agama islam. Seperti upacara adat yang terkenal di Yogyakarta adalah Upacara Sekaten.
Sekaten dilaksanakan guna memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dewasa ini nilai sekaten yang merupakan salah satu jalan dakwah islam mulai mengalami degradasi karena saat ini sekaten hanya dipandang sebagai suatu hiburan masyarakat baik local maupun interlokal.
Dari latar belakang di atas kita dapat mengambil rumusan masalah dan tujuan sebagai berikut:
1.Bagaimana sejarah sekaten dijadikan upacara adat Keraton Yogyakarta?
2.Prosesi apa saja yang dilakukan dalam upacara sekaten?
3.Adakah makna dan nilai religi, sejarah, dan budaya yang terkandung dalam setiap
   ritual yang merupakan sarana dakwah islam?
Adapun tujuan dari pembuatan makalah yang berkenaan dengan sekaten ini diantaranya:
1.Menjelaskan sejarah sekaten sebagai upacara tradisi tahunan Keraton Yogyakarta.
2.Memberikan gambaran kepada pembaca prosesi ritual sekaten secara menyeluruh.
3.Memberi wawasan kepada pembaca agar bisa memaknai nilai-nilai religi, history, dan  
   kultur   yang terkandung dalam sekaten, sehingga tidak hanya semata-mata mencari
   hiburan.
Pembahasan
            Salah satu sarana dakwah para wali dalam mengembangkan islam di ranah jawa ini adalah dengan sekaten. Sekilas mendengar nama sekaten sama sekali tidak mengisyaratkan suatu ritual yang berbau islam. Akan tetapi sekaten sebenarnya sarat makna dan mengandung nilai islami.
            Istilah sekaten berasal dari bahasa arab yaituanlaa ilaa haillallah wa asyhadu anna Muhammadar rosulullah”, yang artinya Tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusannya. Syahadat inilah yang menjadi syarat keislaman seseorang yang benar-benar ingin memeluk islam. Karena sekaten ini berkembang di jawa, maka syahadatain  lebih mudah diucapkan oleh masyarakat jawa dengan sebutan sekaten.
            Sekaten sendiri memiliki makna dalam bahasa jawa yang berarti sekati yang artinya adalah setimbang. Tentunya diharapkan agar manusia bisa menimbang hal yang baik dan yang buruk. Sehingga ketika kita menyebut kata sekaten kita selalu diingatkan agar selalu berhati-hati dalam menimbang suatu hal.
            Sekaten diperkenalkan oleh Raden Patah di Demak pada abad 16. Saat  itu orang jawa beralih memeluk Agama Islam dengan mengucap syahadatain. Oleh karena itu, penggunaan  nama sekaten pada perayaan itu sangat terkenal. Perayaan sekaten ini menjadi salah satu perayaan turun temurun di Keraton Yogyakarta sehingga menjadi perayaan tahunan yang juga dirayakan oleh masyarakat.
            Sejarah sekaten ini berawal dari Kerajaan Mataram yang beribukota di Surakarta tahun 1755 yang kemudian pecah menjadi 2, ialah Kasunanan Surakarta yang beribukota di Sala di bawah pimpinan Sri Sultan Pakubuwana III dan Kasultanan Yogyakarta yang beribukota di Ambarketawang Gamping, kemudian pindah di kota Yogyakarta di bawah pimpinan Sultan Hamengkubuwana X. Pemecahan Kerajaan Mataram menjadi 2 ditentukan dalam perjanjian Gianti.
            Pusaka keraton dibagi 2, seperti halnya gamelan Kasunanan Surakarta memperoleh gamelan Kyai Guntursari dan Kasultanan Ngayogyakarta mendapat gamelan Kanjeng Kyai Gunturmadu. Supaya seimbang lalu dibuat perangkat gamelan lainnya yang diberi nama Kanjeng Kyai Nagawila, yang nantinya gamelan ini digunakan dalam setiap perayaan sekaten dan menjadi alat music khas perayaan sekaten.
            Sekaten yang menjadi salah satu bentuk upacara adat Keraton Kasultanan Yogyakarta pertama kali diadakan oleh Sri Sultan Hamengkubuwana I. Sehingga sejarah sekaten menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sejarah berdirinya Kraton Yogyakarta. Sri Sultan berkehendak menyelenggarakan upacara yang selalu diselenggarakan oleh raja-raja sebelumnya. Hal ini sebagai usaha melestarikan adat dan menunjukkan sikap tradisional orang jawa dalam memuliakan leluhurnya.
Adanya upacara sekaten juga ini tidak bisa terlepas dari peran penting Masjid Agung Demak yang didirikan oleh Walisanga pada tahun 1477 M. Awalnya masjid ini hanya berfungsi sebagai tempat interaksi antara Allah dengan hambanya. Seiring berjalannya waktu masjid ini menjadi multi fungsi karena digunakan sebagai ajang kegiatan keagamaan, tempat musyawarah para wali, dan sebagai prasarana penyelenggaraan perayaan sekaten yang merupakan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang bertepatan pada tanggal 12 bulan Maulid.
            Sekaten bukan saja upacara yang berlangsung dalm waktu yang singkat, tetapi sekaten melalui beberapa ritual yang tertata rapi dan penuh makna. Di bawah ini adalah serangkaian prosesi dari awal mulainya upacara sekaten dimulai sampai penutup.
1)      Perayaan Upacara Sekaten diawali dengan diadakannya slametan atau wilujengan yang memiliki tujuan untuk mencari ketenangan. Dengan adanya slametan ini berarti dimulali lah pembuatan gunungan. Perayaan ini juga menjadi pertanda akan adanya kegiatan pasar malam perayaan sekaten. Pasar malam ini berlangsung kurang lebih 40 hari sebelum perayaan grebeg maulud tiba.
2)      Satu minggu sebelum puncak acara, merupakan adat kebiasaan yang harus dilakukan yaitu mengeluarkan gamelan pusaka dibawa ke Masjid Agung Yogyakarta untuk diletakkan di pagongan utara dan pagongan selatan atau miyos gongso. Selama satu minggu gamelan dibunyikan terus kecuali hari Jum’at.
3)      Rangkaian upacara sekaten yang kedua ialah Upacara Numplak Wajik, upacara ini sebagai awal dimulainya pembuatan gunungan wadon. Upacara ini diawali dengan iringan gejog lesung yang dilakukan oleh abdi dalem konco gladhak. Tujuannya agar dalam pembuatan gunungan wadon dapat berjalan lancar. Sebelum upacara dimulai diberi sesaji oleh abdi dalem agar dalam pembuatan gunungan ini tidak mengalami hambatan. Kemudian upacara siap dimulai.
4)      Acara selanjutnya dilaksanakan miyos dalem di Masjid Agung Yogyakarta. Acara ini dihadiri oleh Sri Sultan, pembesar keraton, para bupati, abdi dalem keraton, dan mas jogja. Miyos dalem ini merupakan pembacaan sirotun nabi (Riwayat hidup Nabi Muhammad). Sebelum miyos dimulai Sri Sultan menyebar udhik-udhik di depan pintu pagongan selatan dan pagongan utara. Miyos dalem berakhir dengan ditandai pelaksanaan kondur gongsu atau gamelan dibawa masuk lagi ke keraton. Pada saat miyos ini Sri Sultan menuju ke masjid agung didahului 4 bergodo prajurit. Prosesi ini menandai berakhirnya pelaksanaan upacara sekaten yang akan mencapai puncak acara pada keesokan harinya.
5)      Sebagai rangkaian upacara terakhir dari tradisi sekaten yaitu puncak acara grebeg maulud, yang ditandai dengan dikeluarkannya hajad 6 gunungan tepat tanggal 12 bulan Maulud. Gunungan dibawa ke masjid untuk didoakan yang dipimpin oleh penghulu dan kemudian gunungan menjadi rebutan masyarakat yang menonton.
            Sekaten yang seharusnya menjadi sarana dakwah bernafaskan religi, sejarah, dan kultur kini seakan hanya menjadi pelengkap saja dan tiada lagi menjadi prioritas. Hal ini menjadikan suatu fenomena yang ironis terkait dengan tujuan awal para wali dan leluhur penggagas terlaksananya sekaten sebagai upacara adat ajang penyebaran agama islam.
            Jika kita sedang menyaksikan upacara sekaten ada baiknya jika kita juga menyempatkan diri untuk menela’ah makna dan nilai-nilai religi, sejarah, dan kebudayaan yang tersirat dalam setiap ritualnya.
Ø  Nilai Religi
Di dalam salah satu ritual sekaten ada sesi pembacaan riwayat Nabi Muhammad sebagai salah satu utusan Allah yang diperntahkan sebagai rahmatan lil alamien yang memiliki kepribadian dan akhlak yang mulia, sehingga upacara tradisional ini sangat berperan dalam membentuk akhlak dan budi pekerti luhur. Tradisi ini pun dimulai sebagai upacara religius keislaman yang bercorak kejawen dengan segala hikmah dan berkah.
Ø  Nilai Sejarah
Di lihat dari sejarahnya sekaten tidak bisa terlepas dari peran para wali sebagai penyebar agama islam di Pulau Jawa yang menjadikan sekaten suatu sarana dakwah islam dan berkaitan dengan keberadaan sultan sebagai ahli waris dari Kerajaan Mataram sebagai pencetus awal diadakannya sekaten. Sehingga yang harus dilakukan untuk merealisasikan nilai-nilai sejarah adalah dengan tetap memaknai sekaten sebagai media dakwah dan menerapkan nilai-nilai itu dalam kehidupan sehari-hari
Ø  Nilai Budaya
Nilai sekaten sangat relevan dengan kebudayaan, karena sekaten merupakan percampuran antara kebudayaan jawa, Hindu-Budha, dan islam. Dimana kebudayaan jawa sangat gemar sekali menyelipkan makna tersirat dalam bentuk symbol atau lambang pada setiap kejadian penting, dan kebudayaan Hindu-Budha yang peribadatannya sangat erat dengan ritual-ritual. Hal ini lah yang menjadi inspirasi para wali dalam mengemas ajaran islam dalam budaya jawa, hindu dan budha yang terangkai dalam upacara adat sekaten. Di dalam sekaten ada yang disebut gunungan yang mempunyai arti lambang kemakmuran, digunakan sirih yang mengeluarkan warna merah yang berarti diharapkan bisa menyadarkan manusia akan dirinya, nginang memiliki makna dapat membuat awet muda, dan telur merah sebagai lambang dari kehidupan.

Kesimpulan
Sejarah perayaan sekaten tidak terlepas dari peran penting Masjid Agung Demak yang didirikan Walisanga. Masjid inilah yang dijadikan sebagai tempat perayaan lahirnya Nabi Muhammad. Penggunaan nama sekaten syarat makna dan nilai. Kata sekaten diambil dari kata syahadat yang merupakan syarat keislaman seseorang. Di jawa kata syahadatain ini lebih mudah diucap dengan kata sekaten.
Prosesi ritual sekaten diawali dengan adanya selametan dan dilengkapi dengan dibukanya pasar malam. Sebelum puncak acara, dilakukan pemindahan gamelan dari keraton untuk di bawa ke pagongan utara dan selatan. Rangkaian upacara selanjutnya adalah numplak wajik yang diiringi gejok lesung. Kemudian dilaksanakannya acara miyos dalem( Pembacaan riwayat Nabi Muhammad) di Masjid Agung. Prosesi terakhir dalam sekaten yaitu grebeg maulud yang merupakan puncak acara dan ditandai dengan dikeluarkannya gunungan yang akan diperebutkan masyarakat.
Sekaten bukan lah upacara adat biasa, akan tetapi sekaten memiliki nilai dan makna yang tersirat dalam setiap prosesi ritualnya. Seperti adanya nilai religi, sejarah, dan budaya. Dan hal  itu akan tampak jika kita benar-benar mau mengkajinya lebih dalam.
Sebagai masyarakat jawa yang terkenal dengan adat ketimuran dan selalu menjaga amanah dari para leluhurnya agar senantiasa melestarikan upacara adat yang diprakarsai oleh para leluhur seperti upacara sekaten yang penuh misi sebagai sarana dakwah islam. Tidak ada salahnya jika sekaten yang dari masa ke masa selalu mengalami perubahan dan kemajuan, karena mengingat adanya perkembangan zaman. Akan tetapi  tidak seharusnya hal itu mengurangi pokok-pokok dan nilai yang terkandung di dalamnya. Apalagi sampai merubah tujuan awal dari sekaten itu sendiri.



DAFTAR PUSTAKA


Unsur-unsur Budaya


UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN

1.BAHASA
a)Wujud
Bahasa merupakan  kode atau alat untuk berkomunikasi antar pribadi dengan pribadi lainnya sehingga terjadilah sebuah interaksi. Bahasa erat kaitannya dengan kognisi pada manusia, dinyatakan bahwa bahasa adalah fungsi kognisi tertinggi dan tidak dimiliki oleh hewan.
Bahasa sendiri memiliki unsur dasar yakni,
  • Fonem
yaitu unsur terkecil dari bunyi ucapan yang bisa digunakan untuk membedakan arti dari satu kata. Contohnya kata ular dan ulas memiliki arti yang berbeda karena perbedaan pada fonem /er/ dan /es
·         Morfem
yaitu unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Kata duga merupakan kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga.
yaitu penggabungan kata menjadi kalimat berdasarkan aturan sistematis yang berlaku pada bahasa tertentu. Dalam bahasa Indonesia terdapat aturan SPO atau subjek-predikat-objek. Aturan ini berbeda pada bahasa yang berbeda
·         Semantik
mempelajari arti dan makna dari suatu bahasa yang dibentuk dalam suatu kalimat.
mengkaji bahasa pada tahap percakapan, paragraf, bab, cerita atau literature.

b)Alat
Bahasa dibagi menjadi 2 yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan.Karena bahasa lisan merunpakan ungkapan yang diucapkan oleh lisan kita,maka alat yang utama adalah lisan dan alat lainnya yaitu handphone,speaker,radio,televisi, dll. Sedangkan bahasa tulis disini merupakan ucapan yang diungkapkan dalam bentuk tulisan, sehingga alat yang digunakan adalah media-media tulis seperti Koran, majalah, buku, bahkan internet. Bahasa manusia yang berbeda-beda menyebabkan manusia mencoba untuk mengungkapkannya dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan menggunakan komputer untuk menerjemahkan satu bahasa ke bahasa lainnya. Perangkat demikian dikenal sebagai "Mesin Penerjemah".
c)Nilai-nilai budaya
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.
Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
d)Macam-macam bahasa
Bahasa sebenarnya merupakan sebuah kode kesepakatan antar manusia pada suatu tempat.Sebagai contoh bahasa yang dipakai di daerah Jawa Timur dengan Jawa Barat terdapat perbedaan berbahasa padahal jika kita melihat dari segi geografis nya sama-sama terletak di Pulau Jawa.
Bahasa di dunia sangat banyak sekali tiap- tiap Negara memiliki bahasa tersendiri yang tidak sama dengan bahasa pada Negara lain.Seperti Negara kita saja yang terdiri dari beribu-ribu pulau memiliki bahasa daerah dengan dialeknya masing-masing.Seperti bahasa jawa,sunda,batak,dll.Akan tetapi perbedaan bahasa ini tidak menjadi permasalahan karena Negara kita mempunyai bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia.Dan bahasa-bahasa antar Negara di dunia ini dipersatukan dengan bahasa internasional yaitu bahasa inggris.
2.Sistem Pengetahuan
a) Wujud
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan   harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris.
Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi:
  • pengetahuan tentang alam
  • pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan di sekitarnya
  • pengetahuan tentang tubuh manusia, pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku sesama manusia
  • pengetahuan tentang ruang dan waktu
b)Alat
Karena pengetahuan itu diperoleh dari pengalaman,intuisi,wahyu dan logika maka alat terpenting dan utama adalah akal.Dengan akal lah manusia bisa berfikir dan menciptakan hal-hal baru guna keperluan hidup.Dan untuk melakukan percobaan-percobaan yang bersifat empiris maka dibutuhkan alat-alat modern yang sering disebut dengan tekhnologi canggih.Buku-buku pun juga merupakan sarana pendukung sebagai referensi terbentuknya pengetahuan yang baru.
c)nilai-nilai budaya
Kebudayaan sangat erat kaitannya dengan pengetahuan.Tanpa adanya pengetahuan maka kebudayaan tidak akan berkembang.Seperti contoh, pada masa pra sejarah manusia memiliki volume otak yang rendah sehingga kebudayaan atau peradaban mereka masih sangat terbelakang,berbeda dengan manusia modern yang memiliki perdaban lebih maju.
3.TEKNOLOGI
a)Wujud
teknologi adalah mesin penggerak pertumbuhan melalui industri. Oleh sebab itu, tepat jika kita merenungkan masalah teknologi, memperkirakan apa yang ingin kita capai dan bagaimana caranya memperoleh teknologi yang kita perlukan itu, serta mengamati betapa besar dampaknya terhadap pergantian budaya kita. Sebagian dari kita beranggapan teknologi adalah barang atau sesuatu yang baru. padahal, kalau kita membaca sejarah, teknologi itu telah berumur sangat panjang dan merupakan suatu gejala kontemporer. Setiap zaman memiliki teknologinya sendiri.
Perkembangan teknologi berlangsung secara evolutif. Sejak zaman Romawi Kuno pemikiran dan hasil kebudayaan telah nampak berorientasi ke bidang teknologi. Secara etimologis, akar kata teknologi adalah "techne" yang berarti serangkaian prinsip atau metode rasional yang berkaitan dengan pembuatan suatu objek, atau kecakapan tertentu, atau pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau metode dan seni. Dalam bentuk yang paling sederhana, kemajuan teknologi dihasilkan dari pengembangan cara-cara lama atau penemuan metode baru dalam menyelesaikan tugas-tugas tradisional sepertibercocok tanam, membuat baju, atau membangun rumah.
Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.
b)Alat
Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari paling pertanian sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional alat-alat produktif.Conto dari alat-alat teknologi tradisional adalah
  • senjata
  • wadah
  • alat-alat menyalakan api
  • makanan
  • pakaian
  • tempat berlindung dan perumahan
  • alat-alat transportasi
c)Nilai-nilai kebudayaan
Dilihat dalam sejarah perkembangan umat manusia diibaratkan bahwa kebudayaan dan teknologi,adalah kebudayaan yang lebih tinggi taraf perkembangannya dari kebudayaan ini tanpa teknologi,karena dengan teknologi alam raya dapat dikuasai.Kebudayaan yang hanya memakai pesawat terbang,mobil,atau teknologi canggih lainnya dianggap lebih maju daripada yang hanya memakai kuda atau teknologi tradisional lainnya.
4.Organisasi Sosial
a)Wujud
Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
b)Alat
Alat yang digunakan dalam organisasi social ini adalah sesuai dengan organisasi social itu sendiri yaitu segala sesuatu yang diperlukan untuk keperluan dan perkembangan organisasi social tersebut.
c)Nilai kebudayaan

Keberadaan lembaga sosial tidak lepas dari adanya nilai dan norma dalam masyarakat. Di mana nilai merupakan sesuatu yang baik, dicita- citakan, dan dianggap penting oleh masyarakat. Oleh karenanya, untuk mewujudkan nilai sosial, masyarakat menciptakan aturan-aturan yang tegas yang disebut norma sosial. Nilai dan norma inilah yang membatasi setiap perilaku manusia dalam kehidupan bersama. Sekumpulan norma akan membentuk suatu sistem norma. Inilah awalnya lembaga sosial terbentuk. Sekumpulan nilai dan norma yang telah mengalami proses institutionalization menghasilkan lembaga sosial.

Pada awalnya lembaga sosial terbentuk dari norma-norma yang dianggap penting dalam hidup bermasyarakatan. Terbentuknya lembaga sosial berawal dari individu yang saling membutuhkan , kemudian timbul aturan-aturan yang disebut dengan norma kemasyarakatan. Lembaga sosial sering juga dikatakan sebagai sebagai Pranata sosial.
Dengan adanya norma social dalam pembentukan organisasi social inilah berkaitan dengan kebudayaan masyarakat.Sehingga organisasi social tersebut sangat penting dalam perkembangan kebudayaaan.
d)Contoh-contoh
Ø  Organisasi Persahabatan, misalnya club (Club Jantung Sehat Indonesia), kelompok sahaba/ikatan persaudaraan (IPHI)
Ø  Ekonomis, misalnya perseroan (Perseroan Terbatas), firma (CV), perkumpulan pengusaha (Ikadin, HIPMI), serikat sekerja (SPSI, SBSI)
Ø  Teknologi dan ilmu pengetahuan, misalnya badan ilmiah (Batan, LIPI), balai penyelidikan (balitbang), ikatan sarjana (ISPI, ISEI, MSI)
Ø  Agama, misalnya mahsab (Thariqot Naqsaandiyah, Wahidiyah, NU, Muhammadiyah, LDII, Hizbuth Thahrir), jamaah (PGI, Walubi, MUI, Hindu Dharma)
Ø  Kesenian, mislalnya orkes atau grup band (Soneta, Peterpen, ST 12, Ada Band, Nashid, Qosidah), penari/penyanyi, ikatan seniman, artis (Parsi, Parfi)
Ø  Pendidikan, misalnya sekolah (TK/RA, SD/MI, SMP/Mts, SMA/MA), Universitas/Sekolah Tinggi, Ikatan Pelajar/alumni, yayasan pendidikan, dsb
Ø  Olah raga, misalnya berbagai perkumpulan olah raga (ISSi, PBSI, PBVSI, PABSI, PASI, IMI),dsb
Ø  Politik, misalnya partai politik (PKB, PAN, Golkar, PD, PDI Perjuangan, dsb)
Ø  Kesenangan/hobi, misalnya perkumpulan penggemar perangko (filateli)
Ø  Amal, misalnya perkumpulan penyokong fakir miskin (BAZIS, Pundi Amal SCTV), perhimpunan penyokong orang tua/panti jompo, perhimpunan penyokong yatim piatu/PAY, dsb
5.SISTEM MATA PENCAHARIAN

a)Wujud

Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya:
salah satu mata pencaharian yang paling terkenal di Indonesia ini adalah bercocok tanam di ladang.Adapun lankah-langkah yang dilakukan dalam bercocok tanam di ladang adalah:
Pembukaan tanah
Yang dimaksud dengan pembukaan tanah di sini ialah diusahakan tanah yang belum pernah atau sudah lama sekali tidak dipakai sebagai tanah pertanian. Ada beberapa tahapan di dalam pembukaan hutan, yaitu:
1. Pemangkasan pohon yang berupa semak belukar dan penebangan pohon besar
Pada tahap pertama ini dilakukan penebangan pada musim kemarau, terutama penebangan pohon yang besar, sebab penebangan pepohonan yang besar memerlukan waktu yang cukup lama, karena biasanya perlu diadakan seleksi terhadap pohon yang berkualitas tinggi. Penebangan pohon biasanya dilakukan searah agar tidak mengganggu kondisi tanah yang dipergunakan lahan pertanian.
2. Pembakaran pendahuluan
Untuk melakukan pembakaran semak diperlukan suatu pertimbangan terhadap hal-hal sebagai berikut:
a. Pembakaran semak dengan volume besar dapat merusak lingkungan, sebab lapisan tanah bagian atas atau humus akan rusak pada suhu yang tinggi.
b. Pembakaran harus dilakukan di luar areal yang akan dipergunakan untuk bercocok tanam.
c. Sisa pembakaran dapat mempengaruhi keasaman tanah, karena pH menjadi tinggi.
d. Ranting semak-semak dan rumput tak usah dibakar, tetapi dikumpulkan, kemudian dibenamkan agar membusuk sehingga dapat memperbaiki kesuburan tanah dan menambah gembur.
3. Pengeringan
Daun dan ranting-ranting pohon yang ditebang perlu dikeringkan agar dapat digunakan untuk keperluan lain atau dapat dibakar dengan mudah.
4. Pembakaran kembali
Kalau pembakaran pendahuluan dilakukan agar semak-semak bersih sehingga memperluas pandangan untuk tahap pembukaan tanah berikutnya, pembakaran berikut ini bertujuan menyiapkan lahan untuk tanaman yang dibudidayakan.
5. Pendongkelan tonggak
Pembukaan tanah hutan pada tahap ini dilakukan sebagai langkah terakhir. Tetapi pada daerah lereng yang curam, pendongkelan tonggak tidak perlu dilakukan karena dapat menimbulkan bahaya erosi, yang akibatnya tanah akan menjadi tandus atau kurusb. Bercocok tanam secara tradisional
Petani yang bercocok tanam secara tradisional, biasanya menggunakan alat-alat yang sangat sederhana yaitu cangkul, sehingga pengolahan tanahnya kurang intensif. Penggunaan tanah pada sistem ladang biasanya paling lama dua atau tiga tahun, kemudian ditinggalkan untuk membuka lagi hutan di dekatnya. Pertanian sistem ladang ini juga disebut pertanian mengembara.
Cara tanam padi sistem ladang
Penanaman padi sistem ladang ini dilakukan pada musim hujan dan umumnya ditanam bersama tanaman lain secara mixed cropping atau tumpangsari, misalnya padi dan jagung ditanam bersama-sama. Jarak tanam padi ladang dibuat agak longgar, agar sebelum padi itu memberi hasil, tanaman tumpangsari telah memberi hasil.
Cara tanam padi ladang ialah ditugalkan dengan jarak tanam kira-kira 30 x 30 cm. Ke dalam setiap lubang ditaburkan 3-5 butir benih, sehingga setiap Ha lahan diperlukan 35-40 kg benih. Jenis padi yang ditanam di ladang adalah jenis padi tanah kering, baik padi bulu maupun padi cere. Pemeliharaan padi ladang dapat dikatakan tidak ada, sebab setelah penanaman selesai, biasanya tanaman dibiarkan tumbuh sendiri hingga padi berbuah sampai masak. Namun ketika biji padi telah munguning, yang perlu diperhatikan adalah hama yaitu burung dengan cara menghalau.
Persyaratan yang harus dipenuhi agar dapat diterapkan sistem ladang adalah:
- Cukup tersedia hutan.
- Tersedia waktu cukup lama, untuk kembali ke keadaan tanah yang seperti semula, yakni dari hutan yang pernah dibuka menjadi hutan kembali.
 Pertanian mengembara harus dihindari
Pertanian dengan cara berpindah-pindah sudah tidak sesuai lagi. Hal ini dapat dikaitkan dengan pertumbuhan penduduk yang semakin cepat dan tanah pertanian semakin berkurang, demikian pula dengan hutannya.
Sistem pertanian berpindah-pindah ini akan mengakibatkan air hujan menembus langsung ke tanah, sehingga menimbulkan erosi. Dengan sendirinya peristiwa tersebut akan mengakibatkan keadaan tanah bekas tanaman yang kemudian dikosongkan menjadi kurus karena humus terbawa oleh arus air sehingga lapisan permukaan tanah berkurang.
Cara menghindari pertanian berpindah-pindah (mengembara) ialah,:
- banyak bekerja (bekerja keras)
- menggunakan alat-alat.
b)alat
Alat yang digunakan adalah cangkul sebagai alat pengolah tanah dan juga kapak digunakan sebagai alat menebang pohon untuk awal pembukaan ladang.
c)Nilai-nilai kebudayaan
pertanian sebagai wujud mata pencaharian utama dalam kehidupan manusia di beberapa bagian dunia telah menglami proses perkembangan yang cukup panjang dalam sejarah kebudayaan manusia.Hal itu sejalan dengan tahap perkembangan pengetahuan tentang jenis tanaman pangan dan cara penanamannya.
Pada tahap awal usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup nya dengan cara system mata pencaharian berburu dan meramu, selanjutnya menangkap ikan. Dan system tersebut sering dikenal dengan istilah”ekonomi pengumpul pangan”.
Akhir abad 19 munculah mata pencaharian bercocok tanam di ladang.Proses perubahan dari berburu sampai bercocok tanam inilah merupakan suatu proses perkembangan kebudayaan manusia ataupun revolusi peradaban manusia.
6.Sistem Religi
a)Wujud
Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.
Salah satu religi yang tumbuh pertama kali di Indonesia adalah Kepercayaan Animisme dan dinamisme.
v  Animisme
Kepercayaan animisme adalah kepercayaan kepada makhluk halus dan roh merupakan asas kepercayaan agama yang mula-mula muncul di kalangan manusia primitif. Kepercayaan animisme mempercayai bahawa setiap benda di Bumi ini, (seperti kawasan tertentu, gua, pokok atau batu besar), mempunyai jiwa yang mesti dihormati agar semangat tersebut tidak mengganggu manusia, malah membantu mereka dari semangat dan roh jahat dan juga dalam kehidupan seharian mereka.
Selain daripada jiwa dan roh yang mendiami di tempat-tempat yang dinyatakan di atas, kepercayaan animisme juga mempercayai bahawa roh orang yang telah mati bisa masuk ke dalam tubuh hewan, misalnya suku Nias mempercayai bahwa seekor tikus yang keluar masuk dari rumah merupakan roh daripada wanita yang telah mati beranak. Roh-roh orang yang telah mati juga bisa memasuki tubuh babi atau harimau dan dipercayai akan membalas dendam orang yang menjadi musuh bebuyutan pada masa hidupnya. Kepercayaan ini berbeda dengan kepercayaan reinkarnasi seperti yang terdapat pada agama Hindu dan Buddha, di mana dalam reinkarnasi, jiwa tidak pindah langsung ke tubuh hewan lain yang hidup, melainkan dilahirkan kembali dalam bentuk kehidupan lain. Pada agama Hindu dan Buddha juga terdapat konsep karma yang berbeda dengan kepercayaan animisme ini.
v  Dinamisme
Dinamisme adalah suatu konsep kepercayaan terhadap benda-benda.Dimana benda tersebut dipercaya memiliki kekuatan magic.Dan benda-benda tersebut seringkali dikeramatkan oleh sebagian masyarakat..
b)alat
Alat yang digunakan oleh penganut animism adalah Seni pakai atau seni rupa terapan yang merupakan hasil karya yang mementingkan segi fungsi juga keindahan. Seni Terapan  merupakan perlengkapan upacara adapt istiadat, contoh nyata upacara Ngaben di Bali, upacara Bekakak di Gunung Kidul, Yogyakarta, patung Firantang Leak (Ogoh-ogoh) dLL.
Karya seni rupa terapan Nusantara tercipta mulai jaman pra sejarah dengan tujuan sebagai alat pemujaan terhadap arwah-arwah nenek moyang, minta hujan, kebersihan dalam berburu dLL. Karya seni terapan tersebut penuh dengan lambang yang mengandung makna tertentu.
Sedangkan alat atau media yang digunakan para penganut dinamisme adalah bangunan candi dengan patung-patungnya berbagai sikap duduk, psisi tangan, hiasannya diciptakan pada jaman Hindu dan Budha. Hal ini tidak hanya sebagai unsure keindahan belaka namun merupakan lambang kepercayaannya.
Dalam masyarakat jawa sering mengadakan upacara sedekah bumi dengan dilengkapi sesaji dengan berbagai jenis makanan dan alat upacara yang kesemuanya itu mengandung makna simbolis sesuai dengan kepercayaan setempat. Pada umumnya karya senirupa yang dipakai untuk kepentingan upacara adat sebagai media pemujaan unsure hiasan pada bangunan rumah adat juga memiliki makna simbolik.
7.KESENIAN
a)Wujud
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan. Seni  tradisional termasuk seni yang dilindungi dan merupakan unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suatu kaum/puak/suku/bangsa tertentu. Tradisional adalah aksi dan tingkah laku yang keluar alamiah karena kebutuhan dari nenek moyang yang terdahulu. Tradisi adalah bagian dari tradisional namun bisa musnah karena ketidamauan masyarakat untuk mengikuti tradisi tersebut.ahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang komplek
b)Alat

Alat tabuh

 Alat tiup

Alat gesek

Alat petik

Drama & seni tari

c)nilai budaya
Kita semua memahami bahwa kesenian hanyalah sebagian dari kebudayaan. Hal ini tentulah karena kesenian memiliki bobot besar dalam kebudayaan, kesenian sarat dengan kandungan nilai-nilai budaya, bahkan menjadi wujud dan ekspresi yang menonjol dari nilai-nilai budaya.
Kebudayaan secara utuh sebenarnya meliputi pola pikir atau mindset suatu masyarakat (tentang segala perikehidupannya di masa lampau, masa kini dan masa depan), yang banyak terekspresikan melalui aneka-ragam dan aneka dimensi kesenian. Demikian pula, kesenian merupakan salah satu wadah dominan untuk mengartikulasikan kebudayaan tak berwujud (intangible culture).
Kemajuan kebudayaan bangsa dan peradabannya membawa serta, dan sekaligus secara timbal-balik dibawa serta, oleh kemajuan keseniannya.
“Kesenian merupakan bagian penting dari kebudayaan, sebagai ekspresi dan artikulasi dari hasil cipta, karsa dan karya. Apabila kesenian dapat mentransformasi diri sebagai milik bersama dan kebanggaan bersama yang dipangku oleh suatu masyarakat (lokal atau nasional), maka kesenian akan dapat berperan untuk meningkatkan ketahanan budaya”.
pembangunan kesenian dan kebudayaan akan bermakna sebagai upaya meningkatkan “nilai-tambah sosial-kultural”, yaitu nilai-tambah kemartabatan, nilai-tambah kebanggaan, nilai-tambah jatidiri dan nilai-tambah akal-budi serta budi pekerti.